Kementerian Kesehatan Mengirimkan 27 Dokter Untuk Mengatasi Kekurangan Dokter Spesialis Ke Republik Rakyat Tiongkok Dan Jepang

Selasa, 07 Januari 2025

    Bagikan:
Penulis: Seraphine Claire
(Dok/Kementerian Kesehatan)

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, secara resmi melepas peserta program fellowship yang akan menjalani pendidikan dan penelitian di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Jepang pada hari Senin, 6 Januari.

Acara pelepasan yang berlangsung di Kantor Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan, Hang Jebat, Jakarta, ditandai dengan penyerahan Letter of Acceptance (LoA) dan Letter of Guarantee (LoG) kepada para peserta.

Dalam sambutannya, Menkes Budi menekankan pentingnya program ini untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis jantung di Indonesia, mengingat penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di negara ini. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, setiap tahun terdapat 550 ribu kematian akibat penyakit ini.

“Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian terbanyak. Oleh karena itu, kami berupaya secepatnya mempersiapkan layanan untuk menyelamatkan ratusan ribu masyarakat yang meninggal setiap tahun. Kami perlu mempersiapkan alat, sumber daya manusia kesehatan, dan pembiayaan. Ini dilakukan di tingkat puskesmas, rumah sakit, serta dalam upaya promotif dan preventif,” ungkap Menkes.

Menkes juga menjelaskan bahwa penguatan layanan kardiovaskular saat ini difokuskan di 514 kabupaten/kota. Penanganan penyakit jantung seharusnya dilakukan dalam waktu kurang dari dua jam. Dengan waktu yang sangat terbatas tersebut, pasien tidak dapat dirujuk ke tingkat provinsi. Oleh karena itu, rumah sakit di kabupaten/kota harus dilengkapi dengan peralatan dan sumber daya manusia kesehatan yang memadai.

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa dari total 514 kabupaten/kota, sebanyak 372 di antaranya belum memiliki peralatan atau tenaga medis yang memadai untuk layanan seperti kateterisasi jantung atau trombektomi. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak akan dokter spesialis untuk meningkatkan akses layanan kesehatan yang lebih merata.

“Ini merupakan tantangan serius bagi sektor kesehatan kita. Program fellowship ini adalah langkah strategis untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis jantung yang sangat diperlukan, serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jantung di Indonesia,” kata Menteri Kesehatan.

Dalam batch ini, Kementerian Kesehatan mengirimkan 27 dokter spesialis, yang terdiri dari 22 dokter spesialis kardiologi intervensi dan 5 dokter spesialis neurologi intervensi. Program ini didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebagai bentuk kolaborasi antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Keuangan.

Para peserta fellowship akan mengikuti pendidikan intensif selama satu tahun di beberapa rumah sakit terkemuka di Republik Rakyat Tiongkok dan Jepang, seperti Fudan University Zhongshan Hospital, Zhongda Hospital, dan Sapporo Cardiovascular Center. Program ini dirancang untuk memperdalam keahlian peserta dalam bidang kardiologi, terutama dalam diagnosis, pengobatan, dan teknologi terbaru dalam penanganan penyakit jantung.

Sebagai informasi, terdapat 28 kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki fasilitas catheterization laboratory (cath lab) tetapi belum memiliki tenaga medis yang memadai. Di sisi lain, ada 6 kabupaten/kota yang memiliki tenaga medis namun belum didukung oleh fasilitas yang memadai. Program fellowship ini diharapkan dapat menjadi solusi strategis untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

“Setelah menjalani program ini, bagikanlah pengalaman Anda. Jika ada kekurangan, sampaikan kepada kami agar dapat segera diperbaiki. Namun, jika ada hal positif, bagikan juga kepada rekan-rekan Anda, sehingga mereka tahu dan berani mencoba. Ingatlah, tujuan utama kita adalah menyelamatkan masyarakat,” harap Menteri Kesehatan.

Plt. Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan, dr. Yuli Farianti, M.Epid, mengungkapkan bahwa program fellowship ini bukanlah inisiatif yang baru. Sebelumnya, pada tahun 2024, batch pertama telah mengirimkan 16 dokter ke Tiongkok. Program ini juga didukung oleh kolaborasi dengan berbagai mitra internasional, termasuk institusi pendidikan tinggi dan rumah sakit yang berperan sebagai pengampu.

Ke depan, pemerintah akan terus melakukan pemantauan terhadap efektivitas program ini. Dengan total kuota 47 fellowship kardiologi intervensi dan 5 fellowship neurologi intervensi di luar negeri setiap tahunnya, diharapkan kesenjangan dalam layanan kesehatan dapat semakin teratasi.

Bagi para peserta, program ini merupakan sebuah kesempatan sekaligus tanggung jawab yang besar. Dr. Bayushi Eka Putra, salah satu peserta dari RSUD Berkah Pandeglang yang akan menjalani fellowship di Sapporo Cardiovascular Center, menyatakan, “Ini adalah kesempatan untuk memperdalam keahlian sekaligus memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat.”

Melalui upaya ini, pemerintah optimis dapat mempercepat transformasi sistem kesehatan di Indonesia, sehingga pelayanan kesehatan berkualitas tidak lagi menjadi hak istimewa bagi segelintir wilayah.

(Seraphine Claire)

Baca Juga: Medan, Sumatera Utara: Korban Tewas Bencana Alam Capai Puluhan Jiwa
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.