Tarif Trump 'Menghantam' Raksasa Asia, Pertumbuhan Semakin Jauh Dari Harapan

Rabu, 23 Apr 2025

Dalam sinyal peringatan yang mencerminkan meningkatnya ketidakpastian global, Dana Moneter Internasional (IMF) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 untuk beberapa negara utama di Asia. Tindakan ini diambil seiring dengan meningkatnya ketegangan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan yang dianggap sebagai penghalang utama bagi aktivitas ekonomi di kawasan tersebut. Dalam laporan terbarunya yang dirilis pada Selasa (22/4/2025), IMF menyatakan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China diperkirakan hanya akan mencapai 4% pada 2025, turun dari prediksi sebelumnya sebesar 4,6% yang dikeluarkan pada bulan Januari. Sementara itu, proyeksi untuk India juga diturunkan menjadi 6,2% dari sebelumnya 6,5%.

Ketegangan perdagangan yang semakin meningkat dan ketidakpastian kebijakan yang tinggi menjadi tantangan besar bagi pertumbuhan ekonomi," demikian pernyataan IMF dalam laporan tersebut, seperti yang dikutip dari CNBC International. Penurunan proyeksi ini sangat kontras dengan target resmi yang ditetapkan oleh masing-masing negara. Pemerintah China sebelumnya menetapkan target pertumbuhan PDB "sekitar 5%" untuk tahun 2025, sementara India memproyeksikan pertumbuhan sebesar 6,5% untuk tahun fiskal yang berlangsung dari April 2025 hingga Maret 2026. Selain kedua negara raksasa Asia tersebut, Jepang juga mengalami penurunan proyeksi. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jepang hanya akan mencapai 0,6% pada 2025, turun dari estimasi sebelumnya sebesar 1,1%. Padahal, pemerintah Jepang sendiri menargetkan angka pertumbuhan 1,1% pada periode fiskal yang sama. Secara global, IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2025 dari 3,3% menjadi 2,8%. IMF menyebutkan bahwa tarif-tarif baru yang diumumkan oleh Amerika Serikat dan mitra dagangnya merupakan "kejutan negatif besar bagi pertumbuhan." "Lebih lanjut, ketidakpastian yang menyelimuti kebijakan-kebijakan ini memberikan dampak negatif terhadap aktivitas ekonomi dan proyeksi jangka pendek, sehingga membuat perencanaan ekonomi semakin sulit dilakukan secara konsisten dan tepat waktu," tulis laporan IMF.

Penurunan ini menguatkan tren yang juga terlihat oleh berbagai lembaga riset dan bank internasional. Pada awal April lalu, para ekonom dari Goldman Sachs menurunkan estimasi pertumbuhan PDB China tahun ini dari 4,5% menjadi 4%, disebabkan oleh dampak kenaikan tarif dari Amerika Serikat terhadap produk-produk China. Lembaga riset asal Prancis, Natixis, juga menyesuaikan proyeksi pertumbuhan China menjadi 4,2% dari sebelumnya 4,7%. Selain itu, Fitch, lembaga pemeringkat kredit global, dilaporkan telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India dari 6,3% menjadi 6,2%, seiring dengan memburuknya kondisi ekonomi global akibat meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.