Peneliti Menyatakan Bahwa Bank Emas Dapat Mendorong Perkembangan Perbankan Syariah

Sabtu, 28 Desember 2024

    Bagikan:
Penulis: Nora Jane
(ANTARA/HO-Bos Emas Indonesia)

Penasihat Center of Sharia Economic Development (CSED) Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abdul Hakam Naja, berpendapat bahwa keberadaan bank emas (bullion bank) dapat menjadi faktor pendorong bagi pertumbuhan perbankan syariah.

"Di masa depan, saya percaya bahwa perbankan syariah harus semakin memanfaatkan bank bullion, karena ini dapat mendorong pertumbuhan perbankan syariah dan ekonomi secara keseluruhan, dengan proses yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Kita melakukan hilirisasi terhadap emas yang kita miliki, dan perbankan tidak hanya menjadikannya sebagai simpanan, tetapi juga memasukkannya ke dalam neraca," jelasnya dalam diskusi Outlook Ekonomi Syariah 2025 yang berlangsung di Jakarta pada hari Sabtu.

Bank emas adalah lembaga yang menyediakan layanan perbankan dengan instrumen logam mulia.

Beberapa perusahaan yang telah berfungsi sebagai bullion bank antara lain PT Pegadaian (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk.

Dengan adanya bank emas, ekosistem emas diharapkan dapat terintegrasi dari hulu ke hilir untuk memenuhi berbagai kebutuhan berbasis emas, mulai dari simpanan, titipan, pembiayaan, investasi, hingga perdagangan dan aktivitas lainnya.

"Saya percaya bahwa (bullion bank) dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi stagnasi dalam perbankan syariah, karena individu yang selama ini menyimpan uang secara tradisional, seperti di bawah bantal atau kasur, kini dapat memanfaatkan layanan dari bullion bank," tambah Hakam.

Selama ini, emas yang dihasilkan Indonesia hanya memperoleh biaya pengolahan industri karena keberadaan bullion bank di Singapura. 

"Kita hanya berperan sebagai pengrajin. Hasil jahitan tersebut dikirim ke mana? Ke Singapura, karena bullion bank terdekat berada di sana. Bahkan, pada puncak perdagangan, Singapura pernah mengimpor 400 ton emas, sementara produksi Indonesia kurang dari 100 ton. Oleh karena itu, sekitar 95 persen emas yang mereka miliki diimpor dari luar, termasuk dari Indonesia, Malaysia, dan China. Sejak tahun 60-an, Singapura telah menjadi pemain utama dalam industri emas dan mendirikan Singapura Bullion Market Association pada tahun 1993. Ini merupakan strategi yang sangat efektif, mengingat negara kecil ini mampu memainkan peran sentral sebagai pemain utama di tingkat global, khususnya di Asia dalam sektor perbankan emas," jelasnya.

Indonesia akan segera memiliki bank emas setelah diterbitkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 17 Tahun 2024 mengenai Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bullion.

Menurut data dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, produksi emas di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 83 ton, yang lebih rendah dari target 106 ton. Meskipun demikian, pencapaian ini menjadikan Indonesia sebagai penghasil emas terbesar keenam di dunia.

"Oleh karena itu, masa depan kita terletak pada bank bullion. Produksi kita tahun lalu hanya mencapai 83 ton dari target 106 ton. Meskipun demikian, kita tetap menjadi penghasil emas terbesar nomor enam di dunia," ungkap Hakam.

(Nora Jane)

Baca Juga: Tingkatkan Literasi, OJK Gandeng UMSU Edukasi Mahasiswa Kelola Keuangan
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.